banner 728x250

Sugianto Tamoreka Tepis Isu Dinasti Birokrasi Dihadapan Ratusan Masyarakat Bulagi Utara

  • Bagikan
Pasangan bakal calon Bupati Bangkep Sugianto Tamoreka didampingi bakal calon Wakil Bupati Heri Ludong saat menyapa masyarakat Kecamatan Bulagi Utara di Desa Koyobunga, Senin 9 September 2024.
banner 468x60

SALAKAN, RADARSULAWESI – Kandidat Bupati Banggai Kepulauan (Bangkep), Sulawesi Tengah (Sulteng) Sugianto Tamoreka menepis isu miring yang mengarah padanya jelang Pilkada serentak tahun 2024.

Belum selesai dengan isu ‘Pau Lipu’ alias anak daerah, Sugianto Tamoreka dan wakilnya Heri Ludong harus berhadapan dengan rumor dinasti birokrasi.

Dinasti birokrasi dimaksud adalah, keterlibatan saudara atau keluarga Tamoreka dalam struktur pemerintahan daerah ketika terpilih memimpin Bangkep lima tahun mendatang.

Dihadapan ratusan masyarakat Kecamatan Bulagi Utara di Desa Koyobunga, awalnya politisi yang familiar dengan panggilan Agil ini menceritakan profil singkat dirinya.

“Saya ini bukan impor, bukan orang luar, saya putra asli Babasal,” tegasnya, Senin 9 September 2024.

Agil bercerita, almarhum ayahnya merupakan mantan kepala desa Toili, Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai yang menjabat selama 32 tahun.

Beliau tumbuh dan besar di Kecamatan Moilong, Banggai hingga akhirnya melanjutkan kuliah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Usai kuliah, Agil nekat mengadu nasib di Kota Jakarta tanpa adanya keluarga di perantauan selama 20 tahun lamanya.

Dalam lingkungan keluarga, pengusaha yang bergerak di bidang minyak bumi ini memiliki sembilan saudara. Dimana empat diantaranya menduduki jabatan strategis di pemerintahan, yakni H Amir Tamoreka sebagai bupati Banggai, Helton aleg DPRD Banggai tiga periode, H Beniyanto Tamoreka aleg DPR RI, dan Maryam Tamoreka aleg DPRD Sulteng.

“Sisanya semua pengusaha yang kini tinggal dan menjalankan usahanya di Jakarta. Saya sendiri anak ke tujuh,” jelasnya.

Jadi, masih kata Agil, tidak ada satupun saudaranya yang berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (PNS) atau ASN. Sehingga isu dinasti birokrasi sangatlah kontradiksi dengan kondisi keluarga besar Tamoreka.

“Jadi tidak ada saudara yang bisa saya bawa jadi kepala dinas. Dan alhamdulillah, semua saudara saya sudah bekerja,” tekan beliau.

Lebih lanjut, Agil mengaku tidak sangat berambisi merebut kursi pimpinan daerah di Bangkep. Namun tidak pula pilihan politiknya masuk dalam bursa pencalonan Pilkada sebagai bentuk keterpaksaan.

Dia bercerita tentang perjalanan singkat dirinya dan Heri terjun dalam pusaran Pilkada Bangkep. Suatu ketika Heri Ludong mengajaknya bertarung di Pilkada Bangkep.

“Pak Heri datang ke kantor saya di Jakarta. Saya bilang, ini kantor saya pak, alhamdulillah saya bukan pengangguran di Jakarta,” ucap kandidat peraih dukungan enam kursi di Parlemen Trikora ini.

“Saya bilang ke pak Heri, kalau niat bapak tulus dan baik untuk rakyat Bangkep, ayo kita maju,” tekan Agil ke Heri Ludong.

Kepada Heri Ludong, Agil juga mengingatkan akan komitmen mereka untuk menaikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bangkep selama tiga tahun menjabat. Yakni dari 800 miliar lebih ke angka satu triliun.

“Kalau tidak tercapai, kami siap mundur,” imbuh dia.

Singkat cerita, keduanya pun memiliki komitmen yang sama hingga akhirnya berjodoh pada Pilkada Bangkep tahun ini. 

Agil menegaskan, keputusannya berjibaku dalam pesta demokrasi lima tahunan itu didorong oleh tekad kuat untuk mengabdikan diri kepada daerah dan orang banyak.

“Saya ingin berkontribusi untuk pembangunan daerah, saya ingin memberi sumbangsi pikiran, tenaga bahkan materi terhadap negeri yang saya cintai ini,” seru kandidat usungan koalisi Partai Demokrat dan PDI Perjuangan sekaligus peraih rekomendasi dukungan Partai Buruh dan Partai Gelora ini.***

banner 325x300
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *