banner 728x250

Tingkatkan Ekonomi Kreatif, ASPPUK Terus Kawal Kelompok Usaha Ibu Rumah Tangga di Morut

  • Bagikan
Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK) yang terus melakukan pendampingan
banner 468x60

MORUT, RADAR SULAWESI – Sejumlah ibu rumah tangga yang berasal dari Desa Tompira mengolah kerang meti menjadi cemilan stik meti enak dan gurih. Demikian halnya ibu rumah tangga di Desa Molino yang mengolah sagu menjadi kue dengan varian rasa, serta ibu rumah tangga asal Desa Moroles menghasilkan sayur mayur yang segar dan sehat.

Berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT) kerap dianggap sepele oleh sebagian orang, namun dibalik itu banyak dari mereka yang memiliki penghasilan sendiri, seperti halnya para ibu rumah tangga yang ada di Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara itu.

Pada media ini, Sabtu 24 Februari 2024, Ketua kelompok usaha ekonomi perempuan Ma’ Rasa, Desa Tompira, Ika Yusparianti mengungkapkan, bahwa dulunya daging kerang yang disebut meti hanya dikonsumsi pribadi dan saat ini kami sudah mengolahnya menjadi cemilan.

“Hasil olahan itu berupa stik meti yang sudah dalam bentuk kemasan, demikian halnya olahan meti lainnya yang dibuat menjadi sambal meti utuh yang dicampur dengan tempe dan kacang,” ungkapnya

Perjalanan aktivitas ibu rumah tangga ini kata Ika, tentu tak terlepas dari peran Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil Mikro (ASPPUK) yang terus melakukan pendampingan sejak dari awal dan terus berjalan hingga saat ini.

“Kami memberikan pembekalan mulai dari cara mengolah, mengemas sampai dengan pemasaran yang berbasis digital. kami mengajarkan bagaimana pendokumentasian produk UMKM agar tampil menarik, untuk pemasaran jajanan melalui media sosial,” lanjutnya

Sementara itu, Direktur Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Sulteng mitra ASPPUK, Adriani mengungkapkan, awal masuk di kelompok ini akhir 2021, namun sebelumnya kita lakukan asesment dan Desa ini memiliki potensi SDA nya yakni meti yang berasal dari Sungai Laa.

“Kala itu meti hanya sebagai konsumsi pribadi warga, sehingga kami terinspirasi mengajak para perempuan yang tinggal dibantaran sungai untuk membuat olahan-olahan meti yang bisa dijadikan oleh-oleh atau pangan yang dapat dijual untuk meningkatkan penghasilan masyarakat,” terangnya.

Sehingga kata dia, terbentuklah kelompok perempuan meski awalnya banyak tantangan, sehingga kami makin bersemangat dan alhamdulillah saat ini sudah beberapa kelompok terbentuk yang tersebar di Desa Tompira, Molino dan Molores.

Lanjut, kelompok ini kita berikan pembekalan atau keterampilan bagaimana mengolah produk salah satu nya meti yang tidak hanya dijual mentah namun dibuat olahan sehingga menjadi ciri khas oleh-oleh dari Desa tersebut.

“Lewat pelatihan-pelatihan itu banyak produk dimunculkan seperti stik meti yang berbahan meti, naget meti, bakso meti, abon meti dan lain-lain,” ujarnya.

Kata dia, dalam pendampingan bukan hanya sebatas mengajarkan keterampilan saja, namun diberikan pula peningkatan kapasitas ilmu dalam hal mengajak mereka untuk memahami apa hak-hak perempuan, apa yng dimaksud gender, serta soal kasus KDRT.

“Sehingga mereka bisa memahami bahwa perempuan tidak hanya sebatas rumah, dapur dan kasur, tetapi bagaimana mereka harus paham bahwa ada hak yang harus mereka peroleh, sehingga ada pembagian peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga” jelasnya.

Ia berharap, kelompok ini nantinya bisa berdaya artinya kelompok ini bisa mandiri, karena ASPPUK tidak akan lama hanya sampai pada Tahun 2025 melakukan pendampingan.

Olehnya itu kami berharap di Desa ini tidak hanya pada kelompok ini saja tetapi terbangun Balai Kegiatan Belajar Masyarakat (BKBM) sebagai ruang para perempuan dan pemuda untuk belajar. ***

banner 325x300
banner 120x600
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *